• KISAH SEORANG GURU DAN DUA MURIDNYA


    Alkisah di negeri tiongkok hidup seorang guru kungfu yang sudah sangat tua. Dia mempunyai dua murid yang masing-masing mempunyai tingkat keseriusan, semangat, dan keuletan belajar kungfu yang sama.
    Untuk mewariskan perguruannya, dia harus memilih salah satu yang terbaik dari kedua muridnya. Pertandingan diantara mereka pun dilakukan. Namun, beberapa kali adu kekuatan selalu berakhir dengan seimbang. Mereka ternyata mampu menyerap ilmu yang sama dari sang guru kungfu. Selain itu, keduanya juga sering berlatih bersama-sama sehingga masing-masing sudah mengetahui kelebihan dan kekuranagnnya.
    Untuk mengetahui mana diantara mereka yang lebih baik dan lebih cerdik, sang guru tersebut terpaksa menggunakan cara yang lain. Suatu ketika pada waktu tengah malam, guru tersebut memanggil kedua muridnya dan memberi mereka tugas, “Besok pagi kalian pergilah ke hutan mencari ranting pohon. Siapa yang pulang dengan hasil terbanyak, dialah yang keluar sebagai pemenang.” Sambil menarik nafas panjang sang guru memperhatikan kedua muridnya yang sedang mendengarkan dengan serius kemudian dia melanjutkan, “Waktu yang tersedia untuk kalian adalah dari jam 5 pagi sampai jam 5 sore.” Kemudian sang guru tersebut mengambil sesuatu dari bawah meja dan berkata, “Ini adalah dua bilah parang yang dapat kalian gunakan untuk mencari ranting pohon, ada pertanyaan?” karena merasa tugas yang diemban kepada mereka muda, mereka pun serempak menjawab, “TIDAK.” Kemudian sang guru berkata “Baiklah kalu begitu, sekarang, kalian cepatlah beristirahat dan besok bangun lebih pagi,” Nasihat sang guru.
    Mendapat tugas yang baru ini, dibenak murid yang pertama langsung terbayang bahwa keesokan harinya ia harus bekerja lebih keras dan lebih serius karena waktunya terbatas. Dia terlalu terfokus pada waktu, yakni harus berangkat jam 5 tepat tidak boleh kurang satu detik pun dan pulang jam 5 sore tidak boleh lebih. Setelah yakin dengan waktunya, dia pun pergi untuk tidur.
    Dengan tugas yang sama, murid kedua lebih terfokus pada pekerjaan yang harus dilakukannya. Dia langsung memeriksa parang yang disediakan oleh gurunya, dan ternyata parang tersebut adalah parang tua yang sudah tumpul. Maka, dia pun memutuskan, besok sebelum berangkat dia akan mencari batu asah untuk mengasah parangnya agar menjadi lebih tajam dan siap digunakan untuk mencari ranting pohon. Dengan parang yang lebih tajam, hasil yang sama dapat diperoleh dengan upaya yang lebih sedikit, pikirnya. Tantangan kedua yang terbayang dibenaknya adalah bagaimana cara membawa ranting pohon lebih banyak secara efisien dan efektif ? sementara temannya sudah tertidur lelap, dia masih mondar-mandir di depan kamarnya, memikirkan cara terbaik untuk membawa ranting dengan jumlah lebih banyak. Setelah berpikir cukup lama dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan, dia memutuskan untuk menyiapkan tali pengikat dan tongkat pikulan sebelum berangkat keesokan harinya. Dengan memikul ranting menggunkan tongkat pikulan. Paling tidak, dia bisa membawa dua ikat besar ranting satu didepan dan satu lagi dibelakang, itu berarti dua kali lipat lebih banyak dibandingkan memanggulnya. Dengan perasaan puas, dia pun pergi untuk tidur.
    Keesokan harinya, murid pertama yang sudah berencana akan bekerja keras, bangun tepat waktu dan langsung berangkat ke hutan. Sementara itu, murid kedua masih tidur. Tepat jam enam pagi, murid kedua bangun. Sesuai dengan rencana, dia segera mencari batu asah dan mengasah parangnya sampai benar-benar tajam.
    Kemudian dia mencari tali dan tongkat pikulan. Setelah semua perlengkapan siap, kemudian dia segera berangkat ke hutan, jam menunjukkan pukul 7 lebih. Ketika jam menunjukkan pukul 1 siang, murid kedua sudah berhasil mengumpulkan ranting cukup banyak. Dia segera mengikatnya menjadi dua dan memikulnya pulang. Sesampainya di rumah, diserahkannya ranting-ranting tersebut kepada gurunya. Dia berhasil mendapatkan banyak ranting dan pulang lebih cepat.
    Sementara itu, murid pertama, karena tidak mengasah parangnya maka dia harus menggunakan waktu dan energi yang lebih besar untuk memotong ranting pohon. Dengan demikian dia juga memerlukan waktu yang lebih banyak untuk beristirahat karena kelelahan. Belum waktu yang dia gunakan untuk mencari tali pengikat. Selain itu, dengan caranya membawa ranting kayu yang dipanggul di pundaknya, jumlah yang bisa dibawahnya juga terbatas.

    Kesimpulan dari kisah diatas adalah DON’T JUST WORK HARD, BUT WORK SMART.
    JANGAN HANYA KERJA KERAS, TAPI KERJA CERDAS.
    Dikutip dari “the best of chinese life philosophies”
    From : Deddi Gunawan

0 komentar:

Posting Komentar